Thursday, April 21, 2022

14 Kemenangan Tim Bulutangkis Indonesia Juara Piala Thomas Dalam Kenangan

21 April 2022


Sudah 6 bulan sejak Tim Bulutangkis Indonesia merebut Piala Thomas 2020 setelah puasa 19 tahun masih ingat dalam penggemar Bulutangkis Indonesia meskipun wabah Corona belum akan mereda dalam beberapa bulan ke depan. Meskipun hal itu tak menghalangi Tim Thomas Indonesia untuk mempertahankan Piala yang akan berlangsung di Thailand bulan depan. Dengan skuad yang dimiliki Tim Thomas Indonesia tentu sudah dipersiapkan dengan matang. Di tengah ketegangan konflik perang Rusia dengan Ukraina akan mempengaruhi atlet dari 16 peserta Tim Thomas termasuk Indonesia diharapkan akan tampil dengan motivasi tinggi termasuk lawan sekalipun. Kali ini saya akan memberi peringkat kemenangan tim bulutangkis putra Indonesia mulai dari tahun 1958 sampai sekarang berikut dalam urutan kemenangan mudah sampai dramatis.

14. 1976: Indonesia 9-0 Malaysia

Tahun dimana Indonesia mendominasi bulutangkis dunia dimana Tim Bulutangkis Indonesia melibas negara tetangga Malaysia tanpa balas. Dimulai dengan bintang baru Liem Swie King mengalahkan Phua Ah Hua dengan skor 15-12, 15-1 disusul Rudy Gunawan mengalahkan Saw Swee Leong dengan skor 15-7, 15-5. Duet Ganda Putra terbaik Christian Hadinata/Ade Chandra membawa Indonesia unggul 3-0 setelah mengatasi perlawanan James Selvaraj/Moo Foot Lian dengan skor 15-4, 15-1. Ganda Putra lainnya Tjun Tjun/Johan Wahyudi mengalahkan Dominic Soong/Cheah Hong Chong dengan skor dengan skor 13-15, 15-6, 15-6. Di Hari kedua Tjun Tjun memastikan Gelar Piala Thomas setelah mengatasi James Selvaraj dengan skor 15-1, 15-7 disusul Liem Swie King, Rudy Hartono, Christian Hadinata/Ade Chandra, dan ditutup dengan Tjun Tjun/Johan Wahyudi dengan skor 9-0.

13. 1979: Indonesia 9-0 Denmark

Indonesia kembali mempertahankan gelar Piala Thomas yang ke 7 dimana Indonesia menjadi tuan rumah Piala Thomas di Jakarta 1979. Indonesia kali ini merombak skuadnya dimana Lie Sumirat menjadi tunggal pertama menggantikan Rudy Hartono dengan membawa Indonesia unggul setelah mengalahkan tunggal pertama Denmark Svend Pri dengan skor 11-15, 15-7, 15-10, Liem Swie King menggandakan keunggulan menjadi 2-0 setelah mengalahkan Morten Frost Hansen 15-3, 15-6. Ganda Putra menyumbang angka setelah Tjun Tjun/ Johan Wahjudi mengalahkan pasangan ganda Denmark Steen Skovgaard/Flemming Delfs 15-2, 15-3. Christian Hadinata dengan pasangan baru Liem Swie King tak menemui kesulitan berarti setelah menang mudah atas Morten Frost Hansen/Steen Fladberg 15-8, 15-2. Di hari kedua, Rudy Hartono baru dimainkan berhasil menang atas Flemming Delfs dengan skor 15-10, 15-2. Lie Sumirat berhasil menang tiga set atas Morten Frost Hansen dengan skor 11-15, 15-9, 15-8 disusul Liem Swie King menang atas Svend Pri dengan skor 15-8, 15-1. Ganda Putra menutup kemenangan lewat Tjun Tjun/Johan Wahjudi dan Christian Hadinata/Liem Swie King sekaligus menyapu kemenangan menjadi 9-0. 

12. 1973: Indonesia 8-1 Denmark

Indonesia berhasil mempertahankan Piala Thomas, kali ini Indonesia menjadi tuan rumah Piala Thomas yang berlangsung di Istora Senayan. Indonesia nggak terbendung memasuki masa kejayaan dunia Bulutangkis. Indonesia masuk ke final setelah mengalahkan Thailand 8-1 untuk menantang Denmark. Indonesia diharapkan sapu bersih justru dikejutkan dengan kekalahan Rudy Hartono atas Svend Pri dengan skor 12-15, 15-5, 15-17. Kekalahan itu merupakan noda hitam bagi tim bulutangkis Indonesia dan merupakan satu-satunya kekalahan dari Denmark. Sebelumnya Indonesia sudah unggul lewat Muljadi atas Elo Hansen dengan skor 15-6, 10-15, 15-10. Praktis sejak kekalahan Rudy Hartono, Indonesia nggak memberi nafas kepada Denmark setelah debutan Christian Hadinata/Ade Chandra menang mudah atas Poul Petersen/Tom Bacher dengan skor 15-3, 15-5. Rudy Hartono menebus kekalahannya lewat sektor ganda bersama Tjun Tjun atas Svend Pri/Henning Borch dengan skor 15-7, 15-6. Di Hari berikutnya, Indonesia benar-benar sapu bersih lewat Amril Nurman, Muljadi, Rudy Hartono yang menang WO, Christian Hadinata/Ade Chandra serta Rudy Hartono/Tjun Tjun sehingga Indonesia menang 8-1 sekaligus gelar kelima bagi Tim Thomas Indonesia.  

11. 1996: Indonesia 5-0 Denmark

Dua tahun kemudian setelah merebut Piala Thomas tahun 1994, Indonesia berhasil mempertahankan gelar Piala Thomas kembali. Indonesia yang dilanda duka setelah Ibu Tien Soeharto meninggal sebelum Piala Thomas digelar di Hong Kong tahun 1996 menginginkan gelar sebagai obat pelipur duka sebagai penggantinya. Indonesia datang dengan skuat terbaiknya dengan membawa Hariyanto Arbi, Alan Budikusuma, Joko Suprianto, Ardy Wiranata di sektor Tunggal Putra. Rexy Mainaky/Ricky Subagja, Antonius Ariantho/Denny Kantono, Bambang Suprianto/Rudy Gunawan di sektor Ganda Putra. Indonesia berhasil lolos dari penyisihan grup setelah mengalahkan Inggris 5-0, Swedia 5-0 dan Tiongkok 3-2 meskipun memberi perlawanan pada pertandingan tersebut. Di Semifinal Indonesia mendapat perlawanan dari Korea Selatan terutama di sektor ganda meski pada akhirnya menang 3-2. Di Final Indonesia menyapu bersih kemenangan lewat Joko Suprianto yang mengalahkan Paul-Erik Hoyer Larsen yang nantinya merebut medali Emas Olimpiade Atlanta 1996 lewat skor 18-14, 15-8. Ricky Subagja/ Rexy Mainaky tak menemui perlawanan berarti setelah menang atas Jon Holst-Christensen/Jim Laugesen 15-5, 15-7. Hariyanto Arbi menjadi penentu kemenangan setelah menang atas Thomas Stuer-Lauridsen dengan skor 15-8, 15-8. Indonesia merebut dua kemenangan tersisa lewat Bambang Suprianto/Rudy Gunawan mengatasi perlawanan ganda Denmark 15-7, 14-18, 15-9 serta Alan Budikusuma menutup kemenangan atas Peter Rasmussen dengan skor 15-9, 15-6. Kemenangan Tim Thomas semakin lengkap setelah Tim Uber Indonesia berhasil mempertahankan gelar setelah mengalahkan Tiongkok 4-1.

10. 1970: Indonesia 7-2 Malaysia


Setelah kalah dari Malaysia tahun 1967 karena suatu insiden, Indonesia bertekad membalas kekalahan dengan merombak skuad yang ditinggalkan Ferry Sonneville dan Tan Joe Hock dengan muka baru diantaranya Rudy Hartono, Indra Gunawan, Muljadi, Indratno dan Mintarja. Indonesia kali sudah siap dimana format Challenge round ditiadakan sehingga Juara bertahan harus bertanding. Indonesia ke final dengan mulus setelah mengalahkan Selandia Baru dan Kanada dengan skor 9-0. Melawan Tuan Rumah Malaysia yang diunggulkan. Memori 1958 lahir kembali, dibuka dengan Muljadi yang mengalahkan Punch Gunalan dengan skor 15-9, 15-5. Rudy Gunawan menggandakan keunggulan dengan mengalahkan Abdul Rahman Mohamed dengan skor 15-12, 15-2. Di Sektor Ganda Rudy Hartono dengan Indra Gunawan membuat Indonesia unggul 3-0 setelah mengatasi perlawanan ganda putra Tan Aik Huang/Ng Tat Wai dengan skor 15-9, 15-11. Malaysia sempat memperkecil ketinggalan 3-2 lewat Ng Boon Bee/Punch Gunalan dan Tan Aik Huang. Setelah itu Indonesia terus memenangi pertandingan lewat Muljadi, Rudy Hartono di sektor tunggal dan ganda bersama Indra Gunawan lalu disusul Indratno/Mintarja sehingga Indonesia berhasil merebut kembali Piala Thomas dengan skor 7-2. Ini merupakan kemenangan pertama Indonesia di masa Presiden Soeharto setelah menggantikan Soekarno di hari ulang tahun terakhirnya sebelum wafat pada tanggal 21 Juni 1970. 

  9. 2000: Indonesia 3-0 China


Memasuki era milenium baru, situasi politik yang tak menentu dari Orde Baru ke Reformasi dengan naiknya K.H. Abdurahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur menggantikan Presiden Habibie menyebabkan kehidupan berubah dimulai dengan Hari Raya Imlek yang diselenggarakan kembali. Pada Piala Thomas-Uber tahun 2000 diselenggarakan di Malaysia dengan wajah baru dimana Indonesia kembali berjaya di Turnamen kali ini. Di babak penyisihan, Indonesia mengalahkan Tiongkok 4-1, Inggris 5-0, dan Swedia 5-0. Di Semifinal, duel seru menanti Denmark yang ternyata menyulitkan kali ini. Dimulai dari Hendrawan sebagai Tunggal pertama kalah dari Peter Gade 15-12, 16-17, 11-15. Rexy Mainaky yang berpasangan dengan Tony Gunawan setelah Ricky Subagja cedera tak menemui kesulitan setelah mengalahkan Martin Lungaard/Lars Paaske dengan skor 15-7, 15-3. Taufik Hidayat yang ikut rombongan Tim Thomas sebelumnya tahun 1998 tampil percaya diri dengan mengalahkan Paul Erik Hoyer Larsen dengan skor 15-11, 15-9. Chandra Wijaya yang kembali dipasangkan dengan Sigit Budiarto secara mengejutkan kalah dari Jens Eriksen/Jesper Larsen dengan skor ketat 15-8, 15-17, 16-17 yang merupakan duel terbaik yang pernah disaksikan. Marlev Mainaky menjadi penentu kemenangan setelah mengatasi perlawanan Kenneth Jonassen dengan skor kuat 15-13, 15-13 yang berlangsung menegangkan. Di Final Indonesia tak tertahankan setelah menang telak atas Tiongkok 3-0 lewat Hendrawan yang mengalahkan Xia Xuanze 11-15, 15-7, 15-9. Tony Gunawan/Rexy Mainaky tampil brilian dengan menekuk Yu Jinhao/Chen Qiqiu 15-9, 15-2 sebelum Taufik Hidayat menutup kemenangan Indonesia dengan mengalahkan Ji Xinpeng dengan skor 15-9, 17-14.

  8. 2020: Indonesia 3-0 China


Turnamen yang berlangsung di tengah Wabah Corona. Setelah penyelenggaraan Piala Thomas-Uber 2020 diundur tahun 2021, Denmark menjadi tuan rumah untuk pertama kali sepanjang sejarah. Format kali ini terdiri dari 16 peserta dengan 4 grup. Sudah lama Indonesia nggak merebut Piala Thomas setelah terakhir tahun 2002 selalu gagal karena banyak pemain seperti Taufik Hidayat yang kini sudah pensiun begitu dengan Markis Kido yang meninggal karena serangan jantung kini Indonesia bergantung pada muka baru seperti Anthony Ginting, Jonathan Christie, Shesar Hiren Rhustavito dan Chico Aura Dwi Wardoyo di Tunggal, sedangkan Hendra Setiawan sepeninggal Markis Kido dipasangkan dengan Muhammad Ahsan, Marcus Gideon/ Kevin Sanjaya, Fajar Alfian/Muhammad Rian, dan Leo Carnando/Daniel Marthin di sektor Ganda. Banyaknya jumlah pertandingan membuat Indonesia memasang pemain berdasarkan kondisi fisik juga berpengaruh pada pertandingan. Tergabung di grup maut, Indonesia berhasil lolos dari babak penyisihan setelah menang mudah atas Alzajair 5-0, Hendra Setiawan hanya turun sekali di pertandingan tersebut, kemudian menang tipis atas Thailand 3-2 dan Cina Taipei 3-2 yang diperkuat pemenang medali emas Olimpiade Tokyo beberapa bulan lalu Lee Yang/Wang Chi-Lin. Rhustavito menjadi penentu kemenangan Indonesia di game kelima tersebut walau hanya tampil di babak penyisihan tetapi berperan krusial di setiap pertandingan. Di Perempat Final, Indonesia berhasil menuntaskan dendam atas Malaysia setelah kalah di Piala Sudirman beberapa minggu sebelumnya lewat Anthony Ginting mengalahkan Lee Zii Jia dengan skor 21-15, 21-17. Marcus Gideon/Kevin Sanjaya juga menuntaskan dendam dengan mengalahkan Aaron Chia/Soo Whoi Yik tiga set 21-17, 16-21, 21-15. Jonathan Christie menutup kemenangan setelah mengalahkan Ng Tze Yong tiga set dengan 14-21, 21-19, 21-16. Di Semifinal, Indonesia ditantang tuan rumah Denmark dimana tunggal pertama Anthony Ginting kalah dari peraih medali emas Olimpiade Victor Axelsen 9-21, 15-21. Marcus Gideon/Kevin Sanjaya berhasil melewati hadangan Kim Astrup/Anders Rasmussen dengan 21-13, 10-21, 21-15. Jonathan Christie berhasil membalikkan keadaan Indonesia menjadi 2-1 setelah pertarungan 100 menit melawan Anders Antonsen dengan skor 25-23, 15-21, 21-16 setelah Antonsen kram di set ketiga. Fajar Alfian/Muhammad Rian tak menemui kesulitan menghadapi Mathias Christiansen/Frederik Sogaard dengan 21-14, 21-14 sehingga lolos ke Final. Menghadapi Tiongkok sebagai juara bertahan, Indonesia tak menurunkan Marcus Gideon akibat kelelahan pada pertandingan sebelumnya sehingga digantikan Fajar/Rian sedangkan Ginting dan Christie tetap menjadi tunggal pertama dan kedua sedangkan Kevin Sanjaya dipasangkan dengan Daniel Marthin sebagai ganda kedua jika kedudukan masih berimbang. Tiongkok datang dengan pemain baru tanpa diperkuat pemain andalan seperti Lin Dan yang sudah pensiun sedangkan Chen Long peraih emas Olimpiade 2016 dan runner up Olimpiade 2020 tidak turun dalam turnamen kali ini. Unggul dalam peringkat membuat Indonesia lebih tenang setelah Anthony Ginting menang tiga set atas Lu Guangzu 18-21, 21-14, 21-16. Fajar/Rian menambah kemenangan setelah mengalahkan He Jiting/Zhou Haodong dengan mudah 21-12, 21-19 kemudian Jonathan Christie memastikan gelar Juara setelah mengalahkan Li Shifeng dengan skor 21-14, 18-21, 21-14. Perayaan kemenangan Tim Thomas Indonesia agak sedikit ternoda oleh tidak dikibarkannya merah putih akibat kena skorsing dari WADA karena tidak memberikan deadline tes doping atlet setelah tertunda akibat virus Corona. 

  7. 1994: Indonesia 3-0 Malaysia


Setelah terakhir menang tahun 1984. Indonesia mengalami kekosongan gelar dimana Tiongkok mendominasi Bulutangkis dunia era 80an, ditambah lagi Malaysia mulai bangkit dengan Sidek bersaudara memenangkan Piala Thomas tahun 1992 setelah memupus harapan Indonesia dengan skor 3-2. Di tahun itu Indonesia membuka emas Olimpiade lewat Susi Susanti dan Alan Budikusuma sehingga Tim Thomas tampil setelah Liem Swie King pensiun digantikan Harianto Arbi yang merupakan adik Hastomo Arbi yang membawa Piala Thomas terakhir 10 tahun sebelumnya. Bertempat di Jakarta sebagai tuan rumah Tim Piala Thomas dan Uber. Tim Bulutangkis Indonesia berhasil merebut kembali Gelar Piala Thomas bersama Piala Uber yang direbut tim Putri Indonesia setelah perlawanan atas Tiongkok 3-2. Masih dengan 8 peserta dengan 2 grup. Indonesia menang mudah atas Finlandia, Tiongkok, Swedia masing-masing 5-0 tanpa ampun. Di semifinal, Indonesia tidak menemui kesulitan berarti melawan Korea Selatan dengan 4-1. Mengulangi Final tahun 1992. Indonesia secara mengejutkan menurunkan Harianto Arbi sebagai tunggal pertama melawan Rashid Sidek. Meskipun diliputi keraguan, Harianto Arbi berhasil membuktikan kemampuan membalas kekalahan final 1992 dengan skor 15-6, 15-11. Ganda Putra Rudy Gunawan/Bambang Suprianto menggandakan kemenangan dengan mengalahkan Cheah Soon Kit/Soo Beng Kiang dengan skor 15-10, 6-15, 15-8. Ardy B. Wiranata menutup kemenangan Indonesia menjadi 3-0 setelah mengalahkan Ong Ewe Hock 15-11, 15-5. Pertandingan keeempat dan kelima tidak dilanjutkan setelah keriuhan suporter Indonesia sehingga Malaysia menolak melanjutkan permainan. Kemenangan Tim Thomas tahun 1994 menunjukkan superiotas Indonesia di era 90an sebagai dekade terbaik.

  6. 1961: Indonesia 6-3 Thailand


Indonesia yang menjuarai Piala Thomas tahun 1958 berhasil mempertahankan Piala Thomas tahun 1961, kali ini Indonesia menjadi tuan rumah kejuaraan Piala Thomas yang berlangsung di stadion Gelora Bung Karno yang baru berdiri untuk menyambut Asian Games tahun 1962. Thailand menantang tuan rumah di Babak Perebutan Gelar Juara setelah mengalahkan Australia 9-0 dan Denmark 7-2. Di Hari Pertama Thailand berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2 setelah sebelumnya Indonesia unggul 2-0 lewat Tan Joe Hock unggul atas Channarong Ratanaseangsuang dengan skor 15-9, 15-5 disusul Ferry Sonneville unggul atas Somsook Boonyasukhanonda dengan skor 15-3, 15-11. Narong Bhornchima/Raphi Kanchanaraphi memperkecil ketinggalan setelah mengalahkan Tan Joe Hock/Lie Po Djian dengan skor 15-7, 15-13, Tan King Gwan/Njoe Kiem Bee memutuskan mundur di set ketiga setelah mengalami cedera sehingga kalah dari Chavalert Chumkum/Chulart Vatanatham dengan skor 15-12, 14-17. Di Hari Kedua, Eddy Yusuf, Tan Joe Hock, Ferry Sonneville, Tan Joe Hock/Lie Po Djian berhasil memenangkan pertandingan atas lawannya sehingga Indonesia unggul 6-2. Thailand menutup pertandingan di hari kedua setelah Narong Bhornchima/Raphi Kanchanarapi menang atas Tan King Gwan/Njoe Kiem Bee dengan skor 15-13, 13-15, 15-5. Dengan skor 6-3, Indonesia berhasil mempertahankan Piala Thomas di pangkuan ibu pertiwi.

  5. 1958: Indonesia 6-3 Malaya


Turnamen pertama yang diikuti Tim Bulutangkis Indonesia di ajang kejuaraan Piala Thomas di Singapura, Indonesia membuat kejutan menjadi juara Piala Thomas pertama setelah mengalahkan Juara bertahan Malaya (kemudian menjadi Malaysia) dengan skor 6-3. Setelah melewati hadangan Denmark 6-3 dan Thailand 8-1, Indonesia menghadapi Malaya. Bulutangkis Indonesia diperkuat dengan Ferry Sonneville, Tan Joe Hock, Eddy Yusuf, Tan King Gwan/Njoe Kiem Bie. Indonesia unggul 3-1 di hari pertama dengan Ferry Sonneville mengalahkan Eddy Choong dengan skor 15-12, 15-4, kemudian disusul Tan Joe Hock mengalahkan Teh Kew San dengan skor 18-14. 15-4. Di Sektor Ganda Tan King Gwan/Njoe Kiem Bie memperbesar keunggulan Indonesia dengan mengalahkan Johnny Heah/Lim Say Hup dengan skor 7-15, 15-8, 18-15. Malaysia mendapat angka setelah Eddy Choong/Ooi Teik Hock mengalahkan Ferry Sonneville/Tan Joe Hock dengan skor 18-15, 15-5. Di Hari Kedua Tan Joe Hock membuat Indonesia unggul 4-1 mengalahkan Eddy Choong dengan skor 15-11, 15-6 disusul Ferry Sonneville mengalahkan Teh Kew San dengan skor 13-15, 15-13, 18-16, Eddy Yusuf memperbesar keunggulan Indonesia menjadi 6-1 setelah mengalahkan Abdullah Piruz dengan skor 6-15, 15-10, 15-8 sekaligus membawa Piala Thomas perdana. Malaysia mendapat angka setelah Eddy Choong/Ooi Teik Hock mengalahkan Tan King Gwan/Njoe Kiem Bie setelah pasangan Indonesia mundur di set ketiga dengan skor 13-15, 15-9. Johnny Heah/Lim Say Hup memperkecil ketinggalan Malaysia menjadi 3-6 setelah mengalahkan Ferry Sonneville/Tan Joe Hock dengan skor 15-1, 15-1. 

  4. 1964: Indonesia 5-4 Denmark


Di peringkat keempat, Final Indonesia lawan Denmark. Final yang merupakan duel terseru karena Denmark datang membawa pemain terbaiknya. Diselenggarakan di Tokyo dimana Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade waktu itu. Indonesia nggak bisa ikut Olimpiade tahun 1964 setelah insiden pelarangan atlet Israel dan Taiwan di Asian Games 1962 sehingga dihukum IOC setelah Indonesia membuat turnamen tandingan bernama NEFO 1963. Di Final yang menentukan dalam sejarah, Indonesia tetap optimis mempertahankan Piala Thomas yang ketiga untuk menyamai Malaysia. Di hari pertama, Tan Joe Hock membawa Indonesia unggul atas Erland Kops 5-15, 15-1, 15-9. Ferry Sonneville kemudian menang atas Knud Aage Nielsen dengan skor 12-15, 15-6, 15-6. Denmark membalas menyamakan kedudukan setelah Finn Kobbero/Jorgen Hammergaard Hansen mengalahkan Tan King Gwan/Abdul Patah Unang 15-5, 15-6. Erland Kops/Henning Borch menyamakan kedudukan setelah mengalahkan Ferry Sonneville/Tutang Djamaludin 15-12, 15-2. Di Hari kedua, Ang Tjin Siang berhasil membawa Indonesia unggul 3-2 setelah mengalahkan Henning Borch dengan skor 15-10, 15-5. Akan tetapi Tan Joe Hock kalah dari Knud Aage Nielsen dengan skor 15-11, 14-17, 9-15 sehingga Denmark menyamakan kedudukan. Ferry Sonneville berhasil membawa Indonesia unggul 4-3 setelah pertarungan melelahkan melawan Erland Kops dengan skor 13-18, 17-14, 17-14. Di Sektor Ganda, Tan King Gwan/Abdul Patah Unang menjadi penentu kemenangan Indonesia setelah mengalahkan Erland Kops/Henning Borch dengan 12-15, 15-12, 15-6 sehingga Indonesia unggul 5-3 sekaligus membawa pulang Piala Thomas untuk ketiga kalinya. Denmark menutup hari kedua lewat Finn Kobbero/Jorgen Hammergaard unggul atas pasangan Ferry Sonneville/Tulang Djamaludin dengan skor 17-14, 15-5. 

  3. 1998: Indonesia 3-2 Malaysia


Tahun dimana Indonesia dilanda krisis moneter tak hanya di Indonesia, tapi di seluruh asia pasifik sehingga terjadi demonstrasi menuntut Presiden Soeharto mundur. Di akhir masa kepemimpinannya Soeharto masih menyambut atlet Bulutangkis Indonesia untuk mempertahankan Piala Thomas dan Uber yang berlangsung di Hong Kong. Akan tetapi hanya beberapa hari menjelang pertandingan kerusuhan meluas di beberapa kota sehingga mengganggu persiapan atlet demi keselamatan keluarga. Di tengah situasi demikian, Indonesia berhasil lolos dari penyisihan grup dengan melumat Malaysia 4-1 Belanda 5-0 dan Korea Selatan 4-1. Di Semifinal, Indonesia berhasil melaju ke final setelah mengatasi Tiongkok 3-2. Di Final, Indonesia sempat tertinggal ketika Haryanto Arbi kalah dari Ong Ewe Hock 14-18, 7-15. Peraih medali emas Olimpiade 1996 Ricky Subagja/Rexy Mainaky berhasil mengalahkan duel final Olimpiade Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock dengan skor 15-3, 18-15. Di Tunggal kedua, Hendrawan menjadi bintang baru setelah mengalahkan Yong Hock Kin 18-14, 10-15, 15-5. Pemenang Juara Dunia 1997 Chandra Wijaya/Sigit Budiarto melengkap kemenangan Indonesia 3-1 setelah mengkandaskan Lee Wan Wah/Choong Tan Fook dengan skor 15-11, 15-12. Malaysia menutup pertandingan setelah Roslin Hashim mengalahkan Joko Suprianto 15-10, 11-15, 15-2. Kemenangan Tim Thomas tidak diikuti dengan Tim Uber setelah kalah di Final melawan Tiongkok dengan skor 1-4. Begitu Tim Bulutangkis Indonesia pulang ke tanah air langsung disambut dengan Presiden Habibie menggantikan Soeharto yang mundur pada tanggal 21 Mei 1998.

  2. 1984: Indonesia 3-2 China


Memasuki era 80an dengan masuknya Tiongkok menjadi penantang baru tim Bulutangkis dunia setelah mengalahkan Indonesia dengan skor 5-4. Indonesia memasuki era baru setelah Rudy Hartono memutuskan pensiun setelah 15 tahun memperkuat tim Thomas Indonesia sejak 1967 hingga final Piala Thomas 1982. Indonesia melakukan penyegaran baru dimulai Liem Swie King sebagai tunggal pertama, kemudian Hastomo Arbi dan Icuk Sugiarto sebagai Tunggal kedua dan ketiga. Di sektor Ganda ada Christian Hadinata dengan Hadibowo serta Liem Swie King dengan Hariamanto Kartono. Kali ini peserta Piala Thomas menjadi 8 tim masing-masing terdiri dari 2 grup. Indonesia berhasil melewati babak penyisihan dengan melibas Jepang 4-1, tuan rumah Malaysia 5-0 dan Inggris 3-2. Di Semifinal Indonesia berhasil mengalahkan Tim debutan Korea dengan skor 4-1 dan berhak masuk final untuk menghadapi Tiongkok. Di Final Indonesia tertinggal lebih dulu setelah Liem Swie King dikalahkan Luan Jin dengan skor 15-7, 11-15, 10-15. Hastomo Arbi menyamakan kedudukan dengan mengalahkan Han Jian dengan skor 14-17, 15-6, 15-8. Tiongkok berhasil unggul 2-1 setelah Yang Yang mengalahkan Icuk Sugiarto tanpa perlawanan dengan skor 15-9, 15-10. Ganda Putra menjadi penyelamat setelah Christian Hadinata/Hadibowo merebut kemenangan skor 18-14, 15-10. Liem Swie King/Hariamanto Kartono menjadi penentu kemenangan setelah mengatasi perlawanan Sun Zhian/Tian Bingyi dengan skor 18-14,15-12 sekaligus membawa pulang Piala Thomas ke 8 bagi Indonesia. 

  1. 2002: Indonesia 3-2 Malaysia


Di antara Final terbaik yang diikuti Tim Thomas Indonesia boleh dikatakan Final tahun 2002 adalah yang terbaik. Lengsernya Presiden Gus Dur karena konflik dengan DPR kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Megawati menimbulkan masalah serius. Selama Gus Dur menjabat ia membubarkan 2 Departemen yaitu Penerangan dan Sosial, bukan hanya itu saja Gus Dur juga membekukan Departemen Pemuda dan Olah Raga yang membuat PBSI kena getahnya, akibatnya Taufik Hidayat hengkang dari PBSI untuk pindah ke Singapura sebelum kepengurusan PBSI di bawah Chairul Tanjung berhasil mengembalikan Taufik Hidayat ke Indonesia. Dengan persiapan yang kurang mepet, Indonesia juga harus mempertahankan Piala Thomas yang kelima kalinya dalam sejarah Piala Thomas. Pensiunnya Rexy Mainaky nggak menghalangi Bulutangkis untuk pergi ke Guangzhou yang baru menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya. Indonesia tak menemui kesulitan di penyisihan grup dengan mengalahkan Thailand 5-0, Malaysia 4-1, dan Jerman 5-0. Di Semifinal, Indonesia lolos ke final setelah unggul 3-0 dari Denmark. Mengulangi Final tahun 1992 dan 1998, Indonesia bertemu Malaysia. Di Tunggal Pertama Marlev Mainaky kalah dari Wong Choong Hann 5-7, 5-7, 1-7. Chandra Wijaya/Sigit Budiarto menyamakan kedudukan setelah menundukkan Chan Chong Min/Chew Choon Eng 7-3, 7-4, 7-2. Di Tunggal Ketiga Taufik Hidayat kalah mengejutkan akibat keputusan wasit sehingga mempengaruhi performa permainannya ketika kalah Lee Tsuen Seng 7-1, 5-7, 2-7, 7-2, 3-7. Halim Haryanto/Tri Kusharyanto berhasil menyamakan kedudukan setelah menang atas Choong Tak Fook/Lee Wan Wah 8-7, 7-8, 7-1, 7-3. Hendrawan kemudian menjadi pahlawan kemenangan Indonesia setelah mengakhiri perlawanan Roslin Hashim dengan skor 8-7, 7-2, 7-1 sekaligus membawa Indonesia juara Piala Thomas 5 kali berturut-turut. Kemenangan Tim Thomas Indonesia langsung disambut arak-arakan keliling ibu Kota Jakarta dengan bertemu Ketua MPR dan Presiden Megawati Soekarnoputri melengkapi momen Tim Thomas Indonesia yang tidak terlupakan.

Sudah banyak Piala Thomas yang direbut Indonesia sejak Jaman Bung Karno (1958, 1961, 1964) Soeharto (1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996) hingga Jokowi (2020) yang kemungkinan akan bertambah. BJ Habibie, Gus Dur, Megawati masing-masing dapat 1 Piala (1998, 2000, 2002), hanya SBY yang belum mendapat Piala Thomas karena mengalami paceklik Piala.

No comments:

Post a Comment

Apakah Ini Saat-saat Buruk atau Saat-saat Baik? Kisah Petani Zen

Ketika kita berhenti berusaha memaksakan kehidupan agar berjalan sesuai keinginan kita, secara alami kita akan merasakan lebih banyak kelent...