Film Paket Bocah Terbaik Sepanjang Masa
10 Desember 2023
Rilis: 15 Februari 1985
Sutradara: John Hughes
Produser: Ned Tanen dan John Hughes
Sinematografi: Thomas Del Ruth
Score: Keith Forsey
Distribusi: Universal Pictures
Pemeran: Emilio Estevez, Paul Gleason, Anthony Michael Hall, Judd Nelson, Molly Ringwald, Ally Sheedy
Durasi: 97 Menit
Genre: Komedi/Drama
RT: 89%
Karya klasik John Hughes tahun 80-an, “The Breakfast Club” tetap menjadi mahakarya yang menunjukkan tradisi generasi arketipe remaja, dan bahwa paspor Anda untuk bertahan di sekolah menengah adalah satu hal — berpegang teguh pada status quo. Bagaikan minyak dan air, “The Breakfast Club” menghadirkan lima siswa sekolah menengah dari dunia yang tidak dapat bercampur.
Film ini memberikan gambaran pengalaman remaja yang realistis, sekaligus menunjukkan kepada kita transisi menyedihkan dari masa muda ke masa dewasa, yang dengan berlinang air mata tertanam dalam pikiran kita oleh karakter Ally Sheedy, Allison, dengan kata-kata, “Ketika kamu tumbuh dewasa, hatimu mati.”
Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwa katalisator untuk membangun ikatan adalah musuh bersama dan ruang yang terbatas. Menariknya, film ini menggali banyak tema serius seperti stereotip, pelecehan, dan penyakit mental, dalam hitungan 1 jam 37 menit. Film ini sangat menghibur sehingga jika penahanan di kehidupan nyata menyenangkan, saya mungkin akan muncul sekali saja!
Simbolisme dan Perbedaan Karakter yang Mengesankan
Yang membuat saya kagum adalah penggunaan simbolisme menakjubkan yang menegakkan perbedaan karakter. Lapisan pakaian John Bender (Judd Nelson), menyembunyikan kerapuhannya di balik penampilan luar yang memberontak dan pakaian hitam pekat milik Allison Reynolds (Ally Sheedy) menunjukkan sifat gelapnya. Bagaimana film ini membantu kita memahami kondisi mental karakter melalui penggunaan kain membuat saya takjub. Demikian pula dengan makan siang mereka, karena sushi mewah Claire Standish (Molly Ringwald) dan makan siang Brian Johnson (Anthony Michael Hall) yang disajikan dengan sempurna menunjukkan kepada saya cukup banyak tentang pendidikan keluarga mereka. Bahkan posisi duduk mereka di atas meja melambangkan kekuatan sosial mereka.
Tidak ada yang lebih mengesankan bagi saya selain penampilan menakjubkan Judd Nelson sebagai John Bender, karena penggambarannya yang sempurna menjadikan karakternya salah satu tokoh pemberontak paling terkenal dalam sejarah film. Bagaimana Judd Nelson yang berusia 25 tahun memerankan seorang siswa sekolah menengah berusia 16 tahun, yang mengungguli siswa lainnya sejak dia masuk ke perpustakaan, berada di luar jangkauan saya. Saya sangat menyukai chemistry-nya dengan karakter Molly Ringwald, Claire, karena dia hampir seperti 'kesenangan bersalah' baginya. Dan berdasarkan betapa melamunnya dia, itu cukup bisa dimengerti bagi saya.
Tak ketinggalan penampilannya yang mengharukan bersama Prinsip Vernon (Paul Gleason), karena mereka secara akurat mendemonstrasikan 'ramalan yang terwujud dengan sendirinya', sebuah fenomena sosiologis yang membuat seseorang dapat memenuhi prediksinya. Saya pasti bisa melihat Nelson mencurahkan isi hati dan jiwanya di layar TV saya.
Film Ikonik yang Bertahan Setelah Lebih dari 35 Tahun
Meskipun telah ditonton ulang berkali-kali, adegan pengakuan dosa yang diimprovisasi tetap menjadi salah satu adegan paling mengharukan yang pernah saya lihat di film remaja, di mana para karakternya duduk dan berbagi kesengsaraan emosional mereka. Perselisihan sengit antara John dan Claire yang memicu ketegangan romantis, dan curahan hati Brian dan Andrew yang meluapkan tekanan sebagai orang tua terasa seperti rollercoaster emosional.
Adegan menggembirakan di mana mereka berlarian di koridor agar tidak tertangkap oleh Prinsip Vernon juga menambahkan sentuhan petualangan pada film tersebut. Terakhir, adegan yang paling berharga adalah ciuman mesra John dan Claire di akhir, yang akhirnya membebaskan kita dari ketegangan kemauan-mereka-tidak-mereka. Dari sudut pandang saya, film ini tidak terbatas pada drama remaja pada umumnya, dan memiliki tujuan yang jauh lebih besar, karena para remaja memberikan contoh bagaimana remaja dibentuk menjadi orang dewasa yang hancur.
Bersamaan dengan soundtrack ikoniknya, “(Dont You) Forget About Me” oleh Simple Minds, Hughes membuat film ini begitu unik dan berkesan sehingga kita masih menontonnya pada tahun sekarang. Bahkan setelah 40 tahun, film ini menyebabkan banyak generasi menanyakan pertanyaan yang sama. Apa yang terjadi pada hari Senin?
Sumber: themoviebuff
No comments:
Post a Comment