Kisah Revolusi Video Game #44: Guitar Hero (2005), Game yang Lebih Dari Sekedar Musik dan Rhythm
10 November 2025
Tepat 20 tahun yang lalu, Guitar Hero mengguncang dunia game dan menjadi sensasi dalam semalam. Meskipun bukan game pertama yang mereplikasi perasaan menjadi seorang musisi, bisa dibilang game ini yang paling sukses secara budaya dan finansial. Diluncurkan di PlayStation 2 sebelum berkembang ke berbagai arah, Guitar Hero bertransformasi dari ide yang aneh menjadi hit global.
Meskipun penerbit-penerbit besar awalnya mengabaikan Guitar Hero, mereka dengan cepat mencoba mereplikasi kesuksesan tersebut, bahkan sampai membeli perusahaan-perusahaan yang membuatnya. Meskipun seri game-nya sendiri akhirnya mati, warisan dari seri ini tetap ada. Dua puluh tahun setelah debutnya, berikut adalah bagaimana Guitar Hero sempat menjadi hal terbesar dalam dunia game.
Bagaimana Guitar Hero Menguasai Dunia
Memulai debutnya di PlayStation 2 pada 8 November 2005, Guitar Hero dengan cepat menjadi fenomena global. Guitar Hero bukanlah game pertama yang menggunakan pendekatan musikal dalam gameplay, dengan Guitar Freaks dari Konami yang menginspirasi konsep tersebut. Sementara itu, judul-judul seperti Dance Dance Revolution merupakan fenomena di arcade dan di pasar rumahan. Meskipun konsep game musik sudah lama, pengenalan pengontrol Guitar Hero yang ikonis merupakan kunci kesuksesan game tersebut.
Pengontrol gitar ikonis dan game rhythm tersebut merupakan kolaborasi antara perancang pengontrol RedOctane dan pengembang game Harmonix. Secara fisik menyerupai gitar listrik Gibson SG, pengontrol ini dirancang khusus agar pemain dapat merasa seperti sedang meniru bintang rock favorit mereka di kenyamanan rumah mereka. Meskipun cukup menarik minat untuk mengumpulkan dana guna memproduksi prototipe, berbagai penerbit game, termasuk Acclaim, yakin bahwa kebutuhan akan periferal unik seperti gitar akan membuatnya sulit dijual kepada khalayak umum.
Sebaliknya, gitar tersebut ternyata menjadi kunci kesuksesan Guitar Hero, sebuah nilai jual unik yang dengan cepat memikat sebagian besar pemainnya. Para kritikus pada saat itu merayakan kekuatan desain gitar, memuji desain game rhythm yang ketat untuk menghasilkan pengalaman yang unik. Rata-rata pemain bahkan lebih terpikat oleh konsep tersebut, yang menjadikannya sangat sukses di PS2. Game tersebut meraup $45 juta pada tahun 2005 dan terus berkembang sejak saat itu.
Guitar Hero Lebih dari Sekadar Game
Dampak Guitar Hero terhadap budaya populer tidak dapat diremehkan. Seri ini, yang akhirnya berjalan selama sepuluh tahun sebelum ditutup, meraup lebih dari $2 miliar dalam penjualan di seluruh dunia. Seri ini menginspirasi beberapa peniru dan pesaing, termasuk seri Rock Band karya pengembang Guitar Hero, Harmonix. Seri ini muncul di film dan televisi dan membantu meyakinkan para pengembang bahwa periferal niche dapat menjangkau khalayak luas. Hal ini meluas ke Nintendo Wii, membantu menyiapkan panggung bagi konsol tersebut untuk menjadi hit.
Para musisi melihat musik mereka meledak dengan audiens baru karena perhatian baru dari para penggemar yang terhubung dengan musik melalui game tersebut. Guitar Hero membantu meyakinkan orang-orang untuk menekuni musik sendiri dan menjadi fondasi yang kuat bagi generasi musisi. Hal ini bahkan berdampak positif bagi para musisi yang bercita-cita tinggi dan orang-orang yang menjalani terapi fisik, dengan memainkan peripheral Guitar Hero yang berdampak positif pada perkembangan mental dan koordinasi mereka secara keseluruhan.
Ini adalah permainan langka yang tidak hanya menjadi hit besar, tetapi juga tampaknya benar-benar berdampak pada kehidupan orang-orang, bahkan menjadi pesaing aktivitas sosial seperti karaoke. Seluruh dunia terdampak oleh kesuksesan Guitar Hero dengan cara yang jarang ditemukan oleh permainan lain dalam kesadaran publik.
Apa yang Terjadi dengan Guitar Hero?
Meskipun menjadi hit lintas generasi, Guitar Hero akhirnya menghilang dari kesadaran publik. Meskipun menjadi hit besar, ekspansi dan sekuel permainan ini pada akhirnya justru memberikan hasil yang semakin berkurang. Sebagian dari hal ini disebabkan oleh persaingan yang ketat, dengan judul-judul seperti Rock Band yang mencuri perhatian dari Guitar Hero dengan memperluas konsepnya untuk mencakup instrumen dan vokal lain. Sebagian lagi adalah akibat dari melemahnya ekonomi global di akhir tahun 2000-an, yang berdampak pada industri game sama kerasnya seperti dampaknya terhadap setiap aspek kehidupan sehari-hari lainnya.
Setelah kesuksesan besar game pertama, RedOctane dan Harmonix dipecah dan dibeli oleh studio yang berbeda. Harmonix kemudian mengembangkan Rock Band, yang diam-diam merebut posisi Guitar Hero. Sementara itu, merek Guitar Hero terdilusi dan bergeser ke berbagai arah, akhirnya kehilangan momentum karena seri tersebut terlalu sering dimainkan dalam waktu singkat.
Seri ini mendapatkan sekuel dan ekspansi untuk sementara waktu, dengan entri terakhirnya, Guitar Hero Live (2015), yang dirilis dengan sambutan kritis yang beragam dan penjualan yang secara keseluruhan kurang memuaskan. Pada akhirnya, pengembangnya dijual ke Ubisoft, dan merek tersebut diam-diam mati. Akhir yang suram bagi seri yang telah menjadi sebuah institusi. Namun, warisan Guitar Hero masih hidup, baik dalam game buatan penggemar seperti Clone Hero maupun para musisi masa kini yang pertama kali mengenal musik dengan gitar plastik.
Sumber: comicbook
Comments
Post a Comment